Kamis, 29 Juni 2023

NAFSU

TUJUH MACAM SIFAT NAFSU DALAM SYARAH AL-HIKAM KH. SOLEH DARAT SEMARANG


Para ulama’ ahli hakikat bersepakat bahwa pangkal dari maksiat dan berpaling dari Allah adalah menuruti hawa nafsu. Dari itu mengetahui hawa nafsu hukumnya wajib, karena seseorang tidak akan bisa memerangi hawa nafsunya jika tidak mengetahuinya.


1. NAFSU AMARAH, yaitu nafsu yang cenderung pada tabiat jasmani, cenderung pada kenikmatan sementara. Yang dimaksud syahwat disini adalah ingin makan yang enak, tidur yang nyenyak, mengikuti perbuatan syaitan dan senang dunia. Dunia menurut nafsu amarah bagaikan mempelai perempuan yang di hias dan dipersiapkan dan nafsu sangat ingin memeluknya.

2. NAFSU LAWWAMAH, adalah nafsu yang hadir ketika mengingat Allah, melaksanakan perintah-Nya dan berbuat kenajikan. Ketika melakukan perbuatan tercela, nafsu ini menyalahkan dirinya sendiri atas perbuatan aniaya yang diperbuat, kemudian memperbaikinya.

3. NAFSU MULHIMAH, nafsu yang menghilangkan sifat was-was atau ragu. Nafsu ini seringkali mengikuti nafsu ilham para malaikat tentang kebenaran dan mengikuti apa yang telah diperintahkan Allah. Jika, kebodohan nafsunya masih tersisa ia menjadi rusak, walaupun badannya sudah rusak namun nafsunya masih tetap.

4. NAFSU MUTHMAINNAH, nafsu yang bercahaya sebab cahaya hati, mampu membuang sifat-sifat yang tercela, seperti ‘ujub dan takabbur. Nafsu ini mempunyai sifat yang terpuji seperti tawadlu’, ikhlas dan lainnya, tenang atau menerima yang diberikan Allah, tidak terombang-ambing.

5. NAFSU RADLIYAH, adalah nafsu yang merasa dirinya telah melebur, sebab dirinya adalah sesuait yang fana’ ia menjadi jernih dengan tajalliy kepada Alah.

6. NAFSU MARDLIYAH, bisa dicapai dengan maqam baqa’

7. NAFSU UBUDIYYAH, nafsu yang suka mengabdi atau menghamba, yakni melakukan segala amal perbuatan yang sifatnya mengabdi kepada Allah.


Nafsu tidak bisa menjadi sempurna, juga tidak bisa naik derajatnya pada derajat tertinggi kecuali telah melakukan suluk dengan mengikuti salah satu thariqat yang bisa mengantar kepada Allah. Maka hendaklah engkau mencari guru thariqat yang bisa menunjukan jalan kepadamu. Jika engkau tidak mencari atau mempunyai guru, engkau tidak akan bisa mencapai derajat ini walaupun ibadahmu layaknya ibadahnya jin dan manusia.

Dari sinilah timbul perbedaan antara salik dan ‘abid. Terkadang seorang ‘abid melaksanakan ibadah selama 500 tahun, tidak bisa meluruskan perjalanan. Yang ditempuh oleh salih hanya dengan sekali perjalanan. Dan kesemua itu tidak akan bisa di capai kecuali oleh mereka yang sudah pernah melaksanakannya.

Semoga kita bisa memerangi hawa nafsu dan inilah yang disebut dengan peperangan yang besar.

(Syarah Al-Hikam; KH. Sholeh Darat hal.59)

SURAT IZIN PETERNAKAN

 Kelengkapan Surat izin Peternakan :  1. Izin Usaha Peternakan (IUP) 2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 3. Izin Analisis Mengenai Dampak...