Sabtu, 02 April 2022

Taubat

 *MUHASABAH*

Pontren Ihya Ulumuddin Kota Cirebon


*_RAMADHAN MOMENTUM TEPAT UNTUK TAUBAT_*


Saudaraku,

Selain dikenal sebagai _syahrul shiyam,_ _syahrul shabr,_ _syahrul Qur'an,_ dan _syahrul jihad,_ Ramadhan juga dikenal sebagai _syahrut taubah._ Disebut sebagai _syahrut taubah_ karena Ramadhan memang momentum yang paling tepat untuk bertaubat...


Sebaik-baik taubat adalah taubat yang segera, tanpa menunggu dan menunda-nunda. Maka terkumpullah dua keutamaan jika kita bertaubat saat ini: keutamaan karena Ramadhannya, dan keutamaan karena menyegerakan taubat...


وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ


"Dan bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu."


(QS. Ali Imran: 133)


Allah Azza wa Jalla menyeru kepada kita dengan ayat di atas untuk menyegerakan taubat. Juga dalam ayat yang lainnya,

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا


"Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha."


(QS. At-Tahrim: 8)


Allah Azza wa Jalla menyeru hamba-Nya untuk bersegera bertaubat karena Dia menghendaki hamba-Nya mendapatkan ampunan dan surga,


وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ


"Dan Allah menyeru kalian kepada surga dan ampunan dengan izin-Nya." 


(QS. Al-Baqarah: 221)


Allah Azza wa Jalla sangat sayang kepada hamba-Nya. Dibukakan pintu taubat. Diserunya kita menuju ampunan dan surga-Nya. Allah Azza wa Jalla sangat gembira saat hamba-Nya bertaubat. Kegembiraan Allah Azza wa Jalla bahkan lebih besar daripada seorang musafir yang menemukan kembali untanya setelah hilang di gurun sahara berikut segala perbekalan yang ada padanya,


لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِى ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِى وَأَنَا رَبُّكَ.  أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ


Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada seseorang yang menunggang untanya di tengah gurun sahara yang sangat tandus. Lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya. Ia putus harapan untuk mendapatkannya kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut.


Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapannya. Lalu segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam keadaan sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu.” Dia salah mengucapkan karena sangat gembira. 


(HR. Muslim)


Saudaraku,

Apapun dosa dan kekhilafan yang pernah kita lakukan, bertaubatlah segera. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pengampun lagi Maha Penyayang...


Saudaraku,

Ada dua titik ekstrim bagi orang yang berdosa. Ekstrim pertama adalah mereka yang merasa dosanya terlalu besar hingga putus asa dari ampunan Allah Azza wa Jalla. Maka, ia pun tidak kunjung bertaubat karena kekhawatiran taubatnya tidak diterima...


Ekstrim kedua adalah mereka yang merasa dosa-dosanya mudah terhapus. Merasa dosa-dosanya hanya dosa kecil. Sehingga membuatnya berlarut-larut dalam dosa demi dosa. Kalaupun bertaubat, ia hanya melakukan taubat kapok sambal. Sekarang berhenti, besok kembali mengulangi. Tak pernah sungguh-sungguh melakukan taubat nasuha...


Untuk ekstrim pertama, lihatlah ada kisah bagaimana seorang yang telah membunuh 99 nyawa manusia. Saat ia bertanya kepada seorang ahli ibadah apakah ada kesempatan bertaubat, ternyata dijawab tidak bisa. Lalu ia pun dibunuh sebagai orang ke-100 yang mati di tangannya...


Niatnya bertaubat tidak berhenti. Ketika bertemu seorang alim, ia pun mengajukan pertanyaan serupa. Oleh sang alim ini dijawab kalau dosanya bisa diampuni. Dan sebagai upaya taubat nasuha, ia dianjurkan hijrah ke suatu daerah yang kondusif bagi taubatnya...


Di tengah perjalanan, ia kelelahan dan meninggal. Hingga berdebatlah malaikat rahmat dan malaikat azab, orang ini menjadi urusan siapa. Lalu datanglah malaikat lain yang diutus Allah Azza wa Jalla untuk menyelesaikan perselisihan itu. “Ukurlah jarak kedua tempat tersebut. Mana yang jaraknya lebih dekat, apakah tempat maksiat atau tempat hijrahnya, maka ia yang berhak atas orang ini.”


Ketika diukur jaraknya, ternyata ia lebih dekat ke tujuan hijrah. Hingga ruhnya pun menjadi urusan malaikat rahmat. Dalam riwayat lain disebutkan, Allah Azza wa Jalla memendekkan jarak laki-laki itu dengan tujuan hijrah...


Saudaraku,

Jangan sekalipun  meremehkan dosa kecil. Seringkali kita terjebak pada sikap meremehkan dosa kecil. Saat kita _ghibah,_ bercanda yang sudah masuk kategori _rafats_ (porno), bahkan bergaul dengan lawan jenis yang tidak Islami, kita beralasan “itu kan dosa kecil, tidak apa-apa.”


Padahal orang yang meremehkan dosa ia tidak sadar sedang berhadapan dengan siapa. Siapakah yang ia maksiati? Allah Azza wa Jalla yang Maha Besar dan Maha Keras adzab-Nya. Juga, tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus-menerus,


لا صغيرة مع الإصرار


"Tidak ada dosa kecil selagi terus dikerjakan." 


(HR. Dailami)


Saudaraku,

Ibarat sebuah bintik noda, dosa kecil pun akan mengotori hati. Semakin banyak dosa semakin banyak pula noda di hati.


إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ


"Sesungguhnya, apabila seorang Mukmin berbuat dosa, maka muncul bintik hitam dalam kalbunya. Kemudian jika ia bertaubat, meninggalkan dosa dan memohon ampun, maka hatinya bersih. Dan jika dosa-dosanya bertambah, bintik hitam itupun bertambah." 


(HR. Ibnu Majah dan Ahmad)


Saudaraku,

Marilah kita sambut seruan Allah Azza wa Jalla untuk bertaubat sebelum kita terlambat. Kini Allah Azza wa Jalla menganugerahkan momentum yang luar biasa kepada kita untuk menjalani _taubatan nasuha._ Dan bukankah pintu taubat akan ditutup saat kita mengalami sakaratul maut?


إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ


"Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selagi ia belum sekarat." 


(HR. Tirmidzi, Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, dan Abu Ya’la)


إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا


"Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat maksiat di siang hari bertaubat, dan Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat maksiat di malam hari bertaubat. (Demikian itu tetap terjadi) sampai matahari terbit dari barat." 


(HR. Muslim)


Imam An-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin memaparkan syarat bertaubat secara singkat dalam tiga langkah. Pertama, berhenti dari dosa yang dilakukan. Kedua, menyesali dosa yang telah dilakukan. Dan ketiga, bertekad untuk tidak mengulangi dosa itu. Ini jika bertaubat terhadap dosa yang berkaitan dengan hak Allah Azza wa Jalla...


Sedangkan jika dosa berkaitan dengan hak manusia, maka syarat taubat ditambah satu lagi, yaitu membebaskan diri dari hak manusia tersebut. Pembebasan ini tentu dengan penghalalan dari yang terzalimi atau mendapat keikhlasan darinya...


Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa melakukan _taubatan nasuha_ atas segala perbuatan dosa dan khilaf kita untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.


_Wallahua'lam bishawab_

SURAT IZIN PETERNAKAN

 Kelengkapan Surat izin Peternakan :  1. Izin Usaha Peternakan (IUP) 2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 3. Izin Analisis Mengenai Dampak...